Berita

Tayuh Balak Pekon Langgakh: Melestarikan Adat dan Tradisi di Tengah Modernisasi

HEADLINE KOTA – Di tengah derasnya arus modernisasi, beberapa tradisi dan acara adat istiadat masih tetap bertahan, menunjukkan kekuatan dan identitas budaya yang tak lekang oleh waktu.

Salah satunya adalah Tayuh Balak, sebuah acara adat yang diselenggarakan oleh Saibatin Pekon Langgakh Tanjung Betuah di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Acara adat ini diadakan dalam rangka pelantikan Saibatin, meskipun kegiatan semacam ini sudah jarang ditemukan di provinsi Lampung.

Namun, beberapa daerah seperti Cukuh Balak, Talang Padang, Kota Agung, Krui, Liwa, dan Padang Cermin masih tetap melestarikannya.

Acara Adat

Prosesi Pelantikan yang Sakral

Prosesi pelantikan Saibatin Pekon Langgakh ini dimulai beberapa bulan sebelumnya dengan serangkaian ritual adat yang ketat dan penuh makna.

Dimulai dari rapat keluarga atau rapat adat (Hippun), dilanjutkan dengan berbagai kegiatan seperti kagabing kelapa, kabulung pisang, kajakhuan, nyanik kubu kelasa, kahibos, nyakhak, ngalepot/napai, hingga Anjau silau Sebatin-sebatin Makhga Putih, Pusiban, daduway, giling bumbu, butatekolan, butamat, pelantikan, dan diakhiri dengan Pangan buasakh-asakhan.

Semua tahapan ini diatur oleh adat dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik orang tua maupun bujang gadis.

Ahmad Nawawi, atau lebih dikenal sebagai Ki Agung, selaku Saibatin Pekon Langgakh menyampaikan, prosesi ini sudah berjalan hampir satu bulan dan diharapkan selesai sesuai rencana.

“Insya Allah, dengan semangat melestarikan adat budaya Lampung sebagai norma sosial Pi’il Pesengikhi yang harus kita jaga,” ujarnya di Lamban Saibatin Pekon Langgakh.

Acara Adat Lampung

Keberlanjutan Adat sebagai Simbol Kebesaran

Endang Supriyatna, yang bergelar Batin Kuta Makhga, menambahkan bahwa acara ini bukan hanya sakral, tetapi juga bersejarah.

“Kami akan terus menunjukkan simbol-simbol kebesaran adat Lampung Saibatin, terutama di kebandakhan marga Putih. Mulai dari ngakhak yang didampingi hulu balang khadin, Minak, kerabat hingga disambut tari-tarian khas Lampung, pencak khakot, semua itu membuat saya terharu,” ungkapnya.

Endang berharap simbol-simbol kebesaran adat Lampung, khususnya di kebandakhan marga Putih dan daerah sekitarnya, dapat terus dipertahankan dan dilestarikan.

“Mak kham sapa lagi, mak ganta kapan lagi,” tutupnya, mengingatkan akan pentingnya peran masyarakat adat dalam menjaga warisan budaya yang ada.

Menjaga Warisan Budaya

Tayuh Balak bukan sekadar sebuah acara, melainkan representasi dari kekayaan budaya dan identitas masyarakat adat Lampung.

Di tengah gempuran globalisasi, pelestarian adat semacam ini menjadi penting untuk menjaga jati diri dan norma-norma sosial yang telah diwariskan turun temurun.

Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya merayakan tradisi, tetapi juga mengukuhkan kebersamaan dan kekuatan budaya yang menjadi ciri khas mereka.

Dengan semangat yang terus menyala, masyarakat adat di Kabupaten Tanggamus dan sekitarnya membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, saling melengkapi dalam harmoni kehidupan yang seimbang.

Tayuh Balak adalah acara adat sebagai cerminan dari tekad dan komitmen untuk menjaga dan merawat warisan budaya yang ada, demi generasi kini dan masa depan.(MASDA)

Editor: Muzakkir

Tags: , , ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya